Entri Populer

Kamis, 08 November 2012

TARI RODAT KEPAON



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Akulturasi kebudayaan merupakan perpaduan dua kebudayaan atau lebih yang disebabkan oleh interaksi yang terjadi antara sekelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan tertentu, dengan kelompok masyarakat lain. Hal tersebut menyebabkan perubahan pola kebudayaan yang original, namun tidak menyebabkan hilangnya unsur kedua kebudayaan tersebut.
Manusia juga disebut juga dengan istilah homo humanus, yakni manusia yang berbudaya. Budaya itu sendiri merupakan produk dari masyarakat. Karena  itu, perubahan nilai-nilai agama pada masyarakat akan berpengarug pula pada perubahan budayanya. Kalangan umat Hindu di Bali dapat hidup secara damai dan saling menghargai dengan adanya perbedaan keyakinan. Upaya mewujudkan kerukunan dan keharmonisan umat beragama sebenarnya tidak terlalu berat dalam penerapanya, asalkan dilandasi toleransi dan rasa saling menghormati satu sama lain. Kerukunan antar umat beragama di Bali selama ini sangat mantap dan harmonis, hidup berdampingan satu sama lainnya yang diwarisi secara turun temurun sejak 500 tahun silam.
Keberadaan agama yang berbeda di Desa Kepaon, Denpasar justru menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesadaran kolektif. Hindu – Islam di Kepaon tak seperti Hindu – Islam di India. Perbedaan signifikan sangat terlihat di wilayah tersebut, terutama sama-sama menyadari, bahwa agama merupakan tali pengikat sosial. Kesadaran yang dalam dapat dirasakan pada kemunculan kesenian tari Rodat di Kepaon.
Tari Rodat adalah tari Islam yang berada di Bali, jadi bias dikatakan bahwa trai Rodat Kepaon adalah tari Islam milik Bali. Berangkat dari fenomena seperti yang telah dipaparkan di atas, kami bermaksud untuk membahas secara rinci mengenai asal mula kemunculan serta struktur pertunjukan kesenian Tari Rodat Di Kepaon. Selain itu dengan adanya kesenian tersebut, kami dapat menambah wawasan mengenai fenomena akulturasi kebudayaan dalam bidang kesenian.

1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu antara lain :
1.      Bagaimana sejarah munculnya tari Rodat yang ada di Kepaon ?
2.      Bagaimana struktur pertunjukan tari Rodat di Kepaon ?

1.3.Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah untuk mengetahui mengenai asal mula munculnya tari Rodat Kepaon. Selain itu ingin pula mengetahui secara rinci mengenai struktur tari Rodat Kepaon.

1.4.Manfaat
Sedangkan manfaat yang akan didapat dalam penulisan peper ini adalah agar mahasiswa dapat lebih memahami secara jelas mengenai tari Rodat Kepaon dari sejarah kemunculannya hingga struktur pertunjukan tari Rodat yang ada di Desa Kepaon, Denpasar. Selain itu agar mahasiswa lebih memahami mengenai kemungkinan-kemungkinan terjadinya akulturasi budaya di dalam dunia kesenian, yang notabene akulturasi tersebut tidak selalu buruk. Bisa jadi justru dapat menciptakan suatu kesenian baru yang lebih inovatif dan kreatif.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Sejarah Munculnya Tari Rodat Di Kepaon
Sebelum kita membahas tari Rodat Kepaon, ada baiknya kita menilik sejenak mengenai sejarah kerajaan di Bali.
Kerajaan-kerajaan Hindu yang terkenal di Jawa di antaranya : tarumanegara, Singaraja, Kediri, Majapahit dan lain-lainnya. Selain di Jawa, kerajaan-kerajaan  Hindu juga ada di Bali, di antaranya : Kerajaan Karangasem, Kerajaan Gelgel, Kerajaan Pemecutan, Kerajaan Mengwi dan lain-lain.  Kerajaan Pemecutan yang terletak di daerah Kota Denpasar (dulu sebelum pemekaran termasuk wilayah Kabupaten Badung) adalah salah satu kerajaan di Bali yang memiliki hubungan yang erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore serta Kerajaan Bangkalan adalah Kerajaan Islam yang sangat erat hubungannya dengan Kerajaan Pemecutan.
Begitu banyak etnis yang menempati Kepaon akan tetapi mereka tidak menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing selain Bahasa Bali. Dan sampai sekarang orang-orang Kepaon fasih menggunakan Bahasa Bali dalam pergaulannya sehari-hari. Selain bahasa juga ada budaya dan adapt istiadat Bali yang diterapkan di Kepaon, seperti : acara tiga bulanan bayi, acara tujuh bulanan, acara majan (naik tangga) anak yang berumur enam bulan sampai dengan satu tahun, dan lain-lain. Jadi komunitas muslim di Kepaon adalah komunitas orang Bali yang beragama Islam yang disebut Orang Bali Muslim. Tidak lagi menyebut wilayah yang ditempati itu dengan nama kampong Bangkalan, atau Kampung Jawa, atau kampong Bugis, kampung Palembang, dll, tetapi kita menyebutnya dengan nama Kampung Islam Kepaon.
Hinga kini, warga Kampung Islam kepaon tetap menjalin hubungan dengan Hindu di Kepaon, terutama di Puri Pemecutan. Jika di Puri ada hajatan seperti Pitra Yadnya, atau potong gigi (Masangih) tokoh-tokoh masyarakat maupun agama Kampung Islam Kepaon ini rajin berkunjung ke puri dan sangat diterima serta diistimewakan tanpa adanya prasangka sinis dari kedua agama itu.
Posisi Kampung Islam Kepaon termasuk wilayah Desa Pemogan, namun masuk Desa Adat Kepaon. Mereka hidup rukun berdampingan dengan umat Hindu setempat. Kerukunan itu didapat karena sifat tolerir kedua pihak. Kerukunan itu tidak hanya terlihat pada aspek sosial, namun ditunjukkan juga ketika masing-masing merayakan hari raya keagamaannya. Serta dalam bidang kesenian pun dapat tumbuh dan berkembang disana. Salah satunya kesenian tari Rodat.
Rodat diambil dari kata rodoton atau raudatan, yang artinya taman. Apabila  membicarakan taman, sudah tentu gambaran kita  adalah-hal-hal yang indah. Makanya di acara Maulid Nabi ini menonjolkan keindahan. Personel rodat sendiri diambilkan dari pemuda dan remaja masjid setempat.
Sedangkan jika dilihat dari sejarah, rodat dulunya memang jadi salah satu pasukan perang kerajaan Badung. Yang berasal dari Kampung Islam Kepaon. "Nama rodat ini dulunya pemberian Cokorda Pemecutan saat membantu bertempur melawan kerajaan Mengwi dan perang Puputan Badung.[3] Melihat dari sejarahnya, tak heran bila hubungan antara Puri Pemecutan dengan Kampung Islam Kepaon terjalin begitu harmonis, sangat erat. Bahkan, Cokorda Pemecutan sampai sekarang selalu hadir setiap kali ada kegiatan di Kampung Islam Kepaon saat peringatan Maulid Nabi.
Beberapa tahun lalu, saat Cokorda Pemecutan tersandung kasus keluarga hingga ada yang meninggal dalam perkelahian, kesetiaan itu pun terlihat. Dan berlanjut ke persidangan. Warga Kepaon pun tak pernah absen memberi dukungan kepada rajanya.
Seiring bergulirnya waktu, kesenian rodat di Kampung Islam Kepaon ini juga mulai mengalami pergeseran. Hal ini dapat dilihat dari gerak-gerak, kostum dan penari. Dulu kesenian Rodat sempat mengalami masa vakum, namun setelah diserahkan pada pemuda, akhirnya kesenian tersebut bangkit kembali karena tari Rodat tersebut mrupakan dekonstruksi dari tari Rodat sebelumnya.Kostumnya pun mengalami perubahan hal ini tergantung pada ketua pimpinan tari Rodat sendiri..


2.2.Struktur Pertunjukan Tari Rodat Di Kepaon
·         Fungsi Tari Rodat
Kesenian rodat sudah dikenal luas. Salah satu seni yang berkembang dari kampung muslim Kepaon ini selalu tampil saat perayaan Maulid Nabi Muhamad SAW. Tari Rodat ini berfungsi sebagai tari hiburan yaitu sering dipentaskan pada acara pernikahan, penyambutan pejabat bahkan penyambutan Tamu Negara.
·         Ciri Khas Tari Rodat
Tari ini memiliki ciri khas yang sangat unik, yaitu dominant pada Vokal. Vokal memegang peranan yang sangat penting karena menurut narasumber, vocal tersebut merupakan mantra yang diucapkan oleh para prajurit pada saat berperang. Mantra tersebut berfungsi sebagai kekebalan atau kesaktian agar pada saat bertempur, para prajurit menjadi sakti dan akhirnya menang. Akan tetapi dalam tari Rodat sendiri vocal atau mantra tersebut kini tidak lagi berfungsi sebagai kekebalan karena sebelum menari, tidak ada ritual khusus. Jadi hanya syair tari Rodat yang disenandungkan oleh para penari. Meskipun tidak ada ritual sebelum menari, namun di awal pementasan para penari membaca Shalawat terlebih dahulu.
Tari Rodat ini menggambarkan sekelompok prajurit yang akan berperang. Jadi dalam kelompok tidak banyak penokohan, hanya saja ada 2 pemimpin yang bertugas memimpin jalannya pementasan. Perbedaan antara prajurit dan pemimpinnya dapat dilihat dari warna kostum dan property yang dibawa.








·         Perbendaharaan Gerak
Dalam rangkaian gerak tari Rodat, terdiri dari 4 bagian antara lain sebagai berikut :
Nama-nama jurus tidak diketahui karena orang-orang yang mengetahui mengenai nama-nama gerakan (jurus) sudah meninggal dan generasi penerusnya tidak sempat menanyakan secara detail. Jadi hanya istilah-istilah penari sendiri yang diberitahukan kepada kami.
·         Tata Busana/ kostum dan property
Pemimpin
a.       Jas lengan panjang warna merah
b.      Celana Panjang warna putih
c.       Selempang hitam
d.      Selendang hitam
e.       Pangkat (di kedua pundak)
f.       Peci warna hitam
g.      Sarung tangan warna putih
h.      Kamen prada warna pink
i.        Sepatu
j.        Pedang (property )
Prajurit/ Pasukan
a.       Jas lengan panjang warna biru
b.      Celana panjang warna putih
c.       Selempang hitam
d.      Selendang hitam
e.       Pangkat (di kedua pundak)
f.       Peci warna hitam
g.      Sarung tangan warna putih
h.      Kamen prada warna pink
i.        Sepatu


Pada pementasan yang dipraktekkan oleh kelompok Rodat ini, tidak ada pemimpinnya karena penarinya hanya 6 orang. Sedangkan jumlah penari yang sebenarnya adalah minimal 10 orang penari laki-laki ditambah dengan 2 orang pemimpin. Pada periode yang baru belum sempat didokumentasikan.
·         Iringan
-          Alat musik
a.       Rebana  4 buah
b.      Jidur 1 buah
c.       Kendang 4 buah
-          Syair
·         Terlampir
·         Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun artinya adalah mantra untuk kekebalan dan kesaktian pada saat berperang.[4]


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tari Rodat adalah kesenian Islam milik Bali. Awal kemunculannya tidak dapat diketahui secara pasti serta penciptanya pun tidak ada yang mengetahui. Namun perkembangannya hingga saat ini telah mengalami beberapa fase. Tari Rodat sempat mengalami vacuum dan kemudian akhirnya di dekonstruksi ulang oleh pemuda di Kepaon. Hingga kini tari Rodat dapat kita jumpai di acara-acara penikahan Islam dan penyambutan pejabat maupun tamu Negara. Tari Rodat ini ditarikan oleh minimal 10 orang penari laki-laki ditambah dengan 2 orang penari sebagai pemimpin. Dalam tari Rodat ini nuansa Islam memang sangat kental, namun meskipun demikian masyarakat Bali di sekitarnya tidak merasa keberatan. Kehidupan umat beragama yang ‘mesra dan harmonis’ itu dapat diperlihara guna mendukung terciptanya kondisi aman, nyaman dan tentram, sekaligus memberikan kesejukan di hati umat manusia. Agama Islam dan Hindu, Sesungguhnya memiliki banyak persamaan bahkan terjadi akulturasi menyangkut seni dan budaya dari kedua agama tersebut di Bali. Mereka hidup damai di tengah masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu. Suasana harmonis dan penuh toleransi itu tidak hanya diakui oleh pihak yang beragama Islam, melainkan beberapa tokoh Hindu juga menyadari dan mengakuinya.
3.2. Saran
Adanya kesenian Rodat di Desa Kepaon adalah suatu bukti bahwa kerukunan antar umat beragama yang hidup berdampingan satu sama lainnya itu, dapat terperlihara dan terpupuk dalam rangka mengembangkan kerukunan yang dinamis. Selain itu agar  terhindar dari pengaruh luar yang negatif. Pengendalian diri menjadi landasan penting dalam mewujudkan kerukunan umat beragama. Pengendalian diri akan mampu, mewujudkan ketentraman dan kedamaian bagi masyarakat. Berbagai aktivitas keagamaan di Bali mendorong kegiatan Budaya serta terwujudnya keseimbangan pembangunan lahiriah dan batiniah. Keseimbangan pembangunan untuk menyadarkan umat manusia, yang senantiasa memiliki keterbatasan dan kelemahan. Fenomena ini patut ditiru, kebenaran fundamental ada di semua agama jadi tidak perlu dipertentangkan. Namun tidak dapat dipungkiri pula masalah selalu muncul dalam agama, akan tetapi hal tersebut bukan suatu masalah yang significant bagi Komunitas Kampung Islam Kepaon, Dulu dan Sekarang
DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com
Soedarsono, R. M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.





















DAFTAR INFORMAN

1.      Nama         : Sabil Lurrohman
Umur         : Denpasar, 17 November 1981
Alamat      : Kampung Islam, Kepaon, Desa Pemogan, No.147  Denpasar Selatan Bali
Pekerjaan   : Swasta

2.      Nama         :  Muhammad Sabri
Umur         : 30 Tahun
Alamat      : Jalan Raya Pemogan, Kampung Islam Kepaon, Desa Pemogan, Denpasar
                    Selatan
Pekerjaan   : Swasta


















Syair Vokal Dalam Tari Rodat

1.      ASSALAAMU`ALAIKUM
Assalaamu`alaikum
Kepada yang hadir disini        2x
Kami semua datang kemari
Haraplah kami agar dimaafkan           2x
Mudah-mudahan bisa kembali lagi     2x

2.      SALAAMUN SALAM
Salaamun…………. Salam……….    2x
Hayyun .. Qadirun..`alaikum salam    2x
Wamin dzikruhin..humsuna fi dzala   2x
Wanurrullana..bainaha dzal anam       2x

3.      SUM-SUM
Sum..sum..dzalkafiima..          2x
Yam si….yam bayamsi
Alhallul, alhallul……
Yam si alhallul

4.      YAA MARHABAN
Ya Marhaban binna biwa…    2x
Wal ambiyaa washahada
Allah ya maula….      
Ya ummakun na ashshala        2x
Waminallah mudzabba Allah ya maula

5.      ILA HILAS TULIR
Ila hilas tulir firdausi`ala
Wala afwa`alan naril jahim
Wahab bithal lathi …waghfir dzunubii
Fain naka gha firuz zambil `azim

6.      SHALLALLAH
Shallallah `alal maadani          2x
Hum riyun `alal irsan               2x
Washfillis shidro `alaina          2x
Ya muji banqul ladaa`I           2x
Hatta yuthohhirill ilal rutho..`i                        2x
Ya hatta..ya rahman…
Bimahbub bi qalba  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar